Blogger Jateng

Usaha Kecil-kecilan, Bagaimana Memulainya?

Sektor swasta atau wirausaha memang menantang dibanding pegawai negeri atau pekerja. Selain memberi peluang besar untuk meraup untung, juga memberikan kebebasan pada pemilik dalam mengelola usaha. Usaha kecil-kecilan sering dijadikan jembatan untuk membangun bisnis yang besar.

Bagi banyak orang, bisnis di bidang riil sudah ketinggalan zaman. Di tengah maraknya usaha olshop dan aplikasi, bisnis sektor riil memang tak seberapa. Namun, sektor riil lebih punya daya untuk bertahan terhadap gempuran ekonomi global. Dan eksistensi sektor riil sering tak diperhitungkan sebab mayoritas usaha kecil-kecilan tak berhubungan dengan rekening di bank alias tunai.

Home Industry Solusi Bagi Yang Belum Bekerja

Oleh sebab itu, bagi anda yang tengah dirundung masalah ekonomi, kiranya usaha kecil-kecilan sektor riil dapat dicoba. Siapa tahu usaha kecil-kecilan itu adalah solusi dari masalah yang tengah dihadapi.

Sebagai contoh usaha kecil-kecilan ialah apa yang tengah dijalani oleh seorang teman. Ia adalah pedagang gorengan atau camilan anak-anak. Modal yang ia keluarkan untuk belanja bahan-bahan kisaran 30-60 ribu saja. Menggunakan sepeda motor ia tiap pagi berkeliling sekolah dasar dan TK atau PAUD. Selepas dzuhur menyantrongi madrasah keagamaan hingga asar tiba. Dalam sehari, ia bisa mendapat untung bersih kisaran 80-120 ribu. Bahkan jika sedang ramai bisa mencapai 150 ribu. Usaha kecil-kecilan yang ia jalani ternyata cukup menguntungkan. Jika dihitung kasar, total sebulan 4,5 juta setara dengan pekerja pabrik di kota dengan UMR paling tinggi se-Indonesia.

Namun bukan tanpa resiko. Usaha kecil-kecilan seperti teman saya itu harus memiliki mental baja. Jika masih ada rasa malu, malas, capek, berat, kasar, dapat dipastikan usaha kecil-kecilan seperti itu tidak akan berjalan dengan lancar bahkan mandek dan berantakan.

Ada beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam memulai usaha kecil-kecilan, di antaranya: pertama, berani. Hilangkan rasa malu dan was-was. Yakin bahwa segala sesuatu dimulai dari yang terkecil. Ubah paradigma dan pola berpikir bahwa usaha kecil-kecilan bukan sesuatu yang hina dan layak ditertawakan. Sebaliknya menjadi kebanggaan sebab tidak semua orang berani melakukannya. Usaha kecil-kecilan juga bisa disebut therapy bagi orang yang punya ego tinggi dan orang yang hanya punya konsep miskin aksi.

Kedua, segera. Menyegerakan memulai adalah faktor penting. Sebab banyak orang yang punya keinginan usaha tetapi lantas mandek di rencana dan konsep. Belum juga dicoba usaha kecil-kecilan itu sudah banyak alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang menghambat. Bahkan pertimbangan-pertimbangan itu sepertinya dibuat-buat dan terlalu berlebihan. Mesti diingat betul bagi orang yang punya tipe konsep tanpa aksi bahwa, orang sukses punya seribu satu cara, orang gagal selalu punya seribu satu alasan.

Ketiga, nekat atau berani gagal. Dari awal memulai usaha kecil-kecilan harus ditanam keberanian untuk menghadapi kegagalan. Bahasanya, masa bodoh mau gagal atau maju. Maju syukur gagal gak apa-apa. Yang jelas sudah berusaha. Masa Tuhan tak mengerti dengan kerja keras saya.

Keempat, tentukan jenis usaha. Satu saja. Jangan banyak-banyak. Biasanya kalau langsung banyak tidak fokus dan akhirnya acak-acakan. Kecuali kalau satu pilihan usaha kecil-kecilan itu sudah berjalan lancar, baru memilih usaha lain. Dengan cacatan kontrol dan evaluasi usaha kecil-kecilan itu tetap dilakukan.

Misalnya, berdagang tahu goreng. Hitung dengan cermat biaya. Katakanlah modal satu ancak 27 ribu. Itu bisa kisaran 125 buah tahu. Jika dijual per buah tahu 500 rupiah maka didapat 62.500 rupiah. Anggaplah 2500 itu tidak dihitung karena masuk pada promosi bagi pembeli yang keukeuh ingin mencicipi lebih dulu sebelum membeli. Bersihnya miaalnya 50 ribu setelah dipotong bensin. Berarti dari satu ancak kebagian uang laba sebesar 23 ribu. Jika dalam sehari berkeliling jualan tahu menghabiskan 3 ancak maka terhitung 69 ribu. Hitungan itu sudah bersih dikurangi bensin kendaraan.

Kelima, kualitas konstan atau tetap. Kebiasaan buruk pedagang indonesia adalah ketika barang dagangannya laku maka biasanya ada yang berkurang dari barang yang dijualnya. Entah itu kualitasnya menurun atau kuantitasnya berkurang. Kita sering melihat itu kan?

Keenam, evaluasi atau cek. Saya merasakan sendiri, ketika saldo untuk jualan pulsa tak dikontrol dan seenaknya sendiri memakainya maka akhirnya saldo untuk jualan pulsa habis dan uang hasil penjualan pun juga habis. Berdasarkan pengalaman saya itu maka dibutuhkan manajemen modern dalam usaha kecil-kecilan sekalipun. Jangan anggap remeh. Hanya karena bentuk usaha yang dijalankan adalah usaha kecil-kecilan lantas tidak menggunakan manajemen modern. Sebab melalaikan menejemen adalah awal dari stagnan bahkan kebangkrutan.

Bagi yang mau memulai usaha kecil-kecilan saya doakan sukses dan dipermudah dalam prosesnya.

Home Industry Solusi Bagi Yang Belum Bekerja