Pada mulanya manusia diperintahkan untuk menyembah Tuhan, mengabdi, beribadah, dan berbuat kebaikan. Dimensi nafsu atau syahwat atas dunia adalah godaan terbesar dalam meraih derajat hamba shaleh.
Sebagaimana syekh Abdul Qadir berkata; "syahwat adalah tabir manusia dengan Tuhan". Sehingga wajar jika syahwatlah yang seringkali mengahalangi manusia untuk.mencapai martabat Hamba yang sempurna (insan kamil).
Ada banyak manusia yang terjerumus dalam kubangan dosa. Kemaksiatan dan pengingkaran terhadap kewajiban manusia pada Tuhan dan kesalehan pada sesama seolah tali yang terus membelit manusia hingga sesak dan tak dapat lepas. Bukan semata peran syetan yang menggoda manusia namun nafsu yang berada pada diri manusia itu sendirilah yang mengokohkan kegelapan itu.
Akan tetapi, Tuhan Ghafur, Maha Mengampuni. Segala dosa dan kesalahan manusia diampuni. Catatan keburukan manusia mungkin tak akan hilang, namun pertaubatan akan menbuat Tuhan ridha dan menutupi keburukan serta dosa-dosa yang telah dilakukan. Innal hasanata tudzhibnassayyi'at, sesungguhnya kebaikan menghilangkan keburukan. Dengan catatan, taubat yang dilakukan adalah taubat yang sungguh-sungguh, bukan kebohongan belaka. Yaitu taubatan nasuha.
Lalu bagaimana caranya agar dapat mendapatkan predikat taubatan nasuha? Berikut adalah beberapa hal yang perlu ditempuh agar taubat yang dilakukan termasuk sungguh-sungguh dan diterima oleh Allah Swt.
Pertama, menyesal. Penyesalan atas dosa itu penting. Penyesalan adalah bukti pengakuan atas kesalahan. Penyesalan adalah perasaan bersalah. Dari penyesalan yang sungguh-sungguh akan muncul energi yang mendorong manusia untuk menjadi lebih baik.
Kedua, tidak mengulangi dosa tersebut. Jika mengulanginya tentu itu berarti tobatnya palsu. Hanya terbawa perasaan ketika di satu sisi menyesal namun di lain kesempatan mengulang dosa karena tergoda kenikmatan.
Ketiga, memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang berkaitan langsung dengan Allah. Misalnya saja meninggalkan kewajiban manusia kepada Allah. Misalnya meninggalkan kewajiban shalat atau puasa ramadhan.
Keempat, memohon maaf kepada sesama. Ini penting jika taubat dari keburukan sikap dan akhlak terhadap sesama manusia. Misalnya melakukan tindakan menipu oranglain atau menyakiti oranglain, atau bahkan bergunjing. Kesalahan atau dosa pada sesama tak dapat terhapus hanya dengan bertaubat kepada Allah. Menangisi kesalahan bahkan hingga menangis serta berjanji tidak akan melakukannya lagi harus dibarengi dengan permohonan maaf pada sesama terutama orang-orang yang sudah pernah tersakiti atau tertipu.
Di samping empat point penting di atas, penulis sampaikan bahwa dalam suasana pertaubatan, seseorang harus menemukan lingkungan baru yang lebih baik. Harus menemukan pergaulan baru dan lepas dari pergaulan lama. Sebab bagaimana pun sistem itu mendukung. Dan masa pertaubatan harus dibarengi dengan situasi atau lingkungan juga. Seseorang yang dengan mudah mengucapkan taubat akan menghadapi tantangan dan gangguan. Gangguan itu dapat berupa rayuan dari teman sebaya, atau tuntutan lainnya yang mengganggu.
Sekian dulu mudah-mudahan bermanfaat. Amin
Sebagaimana syekh Abdul Qadir berkata; "syahwat adalah tabir manusia dengan Tuhan". Sehingga wajar jika syahwatlah yang seringkali mengahalangi manusia untuk.mencapai martabat Hamba yang sempurna (insan kamil).
Ada banyak manusia yang terjerumus dalam kubangan dosa. Kemaksiatan dan pengingkaran terhadap kewajiban manusia pada Tuhan dan kesalehan pada sesama seolah tali yang terus membelit manusia hingga sesak dan tak dapat lepas. Bukan semata peran syetan yang menggoda manusia namun nafsu yang berada pada diri manusia itu sendirilah yang mengokohkan kegelapan itu.
Akan tetapi, Tuhan Ghafur, Maha Mengampuni. Segala dosa dan kesalahan manusia diampuni. Catatan keburukan manusia mungkin tak akan hilang, namun pertaubatan akan menbuat Tuhan ridha dan menutupi keburukan serta dosa-dosa yang telah dilakukan. Innal hasanata tudzhibnassayyi'at, sesungguhnya kebaikan menghilangkan keburukan. Dengan catatan, taubat yang dilakukan adalah taubat yang sungguh-sungguh, bukan kebohongan belaka. Yaitu taubatan nasuha.
Lalu bagaimana caranya agar dapat mendapatkan predikat taubatan nasuha? Berikut adalah beberapa hal yang perlu ditempuh agar taubat yang dilakukan termasuk sungguh-sungguh dan diterima oleh Allah Swt.
Pertama, menyesal. Penyesalan atas dosa itu penting. Penyesalan adalah bukti pengakuan atas kesalahan. Penyesalan adalah perasaan bersalah. Dari penyesalan yang sungguh-sungguh akan muncul energi yang mendorong manusia untuk menjadi lebih baik.
Kedua, tidak mengulangi dosa tersebut. Jika mengulanginya tentu itu berarti tobatnya palsu. Hanya terbawa perasaan ketika di satu sisi menyesal namun di lain kesempatan mengulang dosa karena tergoda kenikmatan.
Ketiga, memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang berkaitan langsung dengan Allah. Misalnya saja meninggalkan kewajiban manusia kepada Allah. Misalnya meninggalkan kewajiban shalat atau puasa ramadhan.
Keempat, memohon maaf kepada sesama. Ini penting jika taubat dari keburukan sikap dan akhlak terhadap sesama manusia. Misalnya melakukan tindakan menipu oranglain atau menyakiti oranglain, atau bahkan bergunjing. Kesalahan atau dosa pada sesama tak dapat terhapus hanya dengan bertaubat kepada Allah. Menangisi kesalahan bahkan hingga menangis serta berjanji tidak akan melakukannya lagi harus dibarengi dengan permohonan maaf pada sesama terutama orang-orang yang sudah pernah tersakiti atau tertipu.
Di samping empat point penting di atas, penulis sampaikan bahwa dalam suasana pertaubatan, seseorang harus menemukan lingkungan baru yang lebih baik. Harus menemukan pergaulan baru dan lepas dari pergaulan lama. Sebab bagaimana pun sistem itu mendukung. Dan masa pertaubatan harus dibarengi dengan situasi atau lingkungan juga. Seseorang yang dengan mudah mengucapkan taubat akan menghadapi tantangan dan gangguan. Gangguan itu dapat berupa rayuan dari teman sebaya, atau tuntutan lainnya yang mengganggu.
Sekian dulu mudah-mudahan bermanfaat. Amin