Sahabat-sahabatku,
Berikut adalah pengalaman saya mengikuti tes CPNS tahap SKB (tahap 2) tahun ini yaitu tahun 2018. Penulisan pengalaman ini mudah-mudahan jadi referensi pembaca tahun-tahun berikutnya.
Berawal dari kabar bahwa passing grade TKP (tes kepribadian) naik deastis saya agak khawatir. Dari yang tahun lalu passing grade (batas nilai minimal) 125 an untuk tahun ini menjadi 143. Nyatanya, kekhawatiran saya terbukti. Saat tes SKD (seleksi kompetensi dasar) yang dilaksanakan di Hotel Radiant Cirebon, saya tak lulus passing grade. Total nilai saya memang cukup tinggi bahkan di atas total nilai maksimal 289. Saya saat itu dapat nilai 309. Namun, untuk nilai TKP saya rendah, hanya mencapai angka 109. Kecil dibanding yang lain. Singkat kata saya pasrah. Saya terima kekeliruan saya saat belajar yang diperdalam hanya tes intelegensi dan wawasan kebangsaan saja. Jujur memang karena saya menjawab materi kepribadian apa adanya tidak direkayasa.
Setelah itu, tak ada harapan apapun buat saya. Saya pikir selesai perjuangan saya. Saya harus berjuang di tempat lain, dan tentu bukan sebagai PNS/ASN. Tak apalah, toh rizki berbeda dengan uang dan tak harus jalur PNS.
Namun, ternyata kemudian beberapa hari setelah selesai tes, saya buka situs dan mendapat kabar baru, bahwa panselnas CPNS Menurunkan passing grade. Dalam arti nilai di bawah passing grade bisa lulus jika tak ada yang melewati passing grade. Alhasil, saya masuk di dalamnya. Saya lulus tes SKD dengan nilai tertinggi. Saya juga tak menyangka. Kompetitor saya dua orang di bawah total nilai saya. Tiga orang termasuk saya lulus dan masuk ke tahap tes berikutnya, yaitu tes SKB (Seleksi Kompetensi Bidang).
Oya saya lupa beritahu. Saya melamar CPNS formasi guru agama di sebuah SD negeri di pemeeintahan kota cirebon.
Tiba saatnya tes SBK. kebetulan tempatnya bukan di hotel radiant lagi. Tempatnya di Telkom University, Bandung. Daerah sekitar dekat dengan Bale Endah Atau Bojong Soang.
Sore ba'da asar kami berangkat sekeluarga. Kebetulan istri saya juga lulus tes tahap pertama namun formasinya berbeda dengan saya. Dia ambil formasi pegawai di Dinas BKPSDM Majalengka. Waktu pelaksanaannya beda sedikit, selisih sehari, saya hari pertama dan istri saya hari kedua. Cerita singkatnya begitu.
Akhirnya kami berempat berangkat ke Bandung. Kami menginap di rumah saudara. Daerah Raden Patah deket kampus UNIKOM Bandung. Berangkat dari rumah naik travel pukul 16.00 sampe Bandung pukul 22.00 malem. Kami dijemput di depan Indomart ke rumah saudara sementara cuaca sedang hujan.
Singkat cerita keesokan harinya saya pagi pukul 05.00 berangkat ke tempat tes naik grab. Jalanan pagi begitu memang agak longgar. 12 km ditempuh waktu 37 menit. Belum sempet sarapan di home stay saya sarapan bubur. Setelah sarapan dan sebatang rokok, saya bergegas ke tempat registrasi. Dan ternyata sama.
Semalem saya hendak buka-buka materi. Namun tidak. Kantuk datang. Saya berdoa agar diberi kelancaran.
Tiba saatnya tes berlangsung waktu itu sekitar pukul 08.00. Saya dan peserta lainnya kisaran 300 orang dengan pelbagai formasi yang dilamar masuk ruangan dan mulai mengerjakan soal ujian CAT. Semuanya mulai mengerjakan soal termasuk saya.
Sedikit agak gemetar menghadapi soal-soal itu. Karena memang sudah lama tak bergulat dengan kedalaman kompetensi. Selama ini hanya materi-materi ringan keagamaan yang terbiasa saya ajarkan di sekolah kejuruan swasta. Sementara soal memang berhubungan dengan materi-materi waktu kuliah seperti SKI, bab mawarits, atau tentang biografi tokoh islam.
Dengan keterbatasan pengetahuan sambil mengingat-ingat pengetahuan dulu sisa di pondok dan kuliah, saya kerjakan soal itu dengan cepat. Setelah selesai semua soa saya jawab saya kaget. Waktu yang tersisa tinggal 40 menitan. Saya juga heran. Kok bisa 100 soal dalam waktu 50 menit? Langsung saja saya ambil keputusan mengulang soal-soal itu. Siapa tahu ada yang terlewati atau ada yang harus diperbaiki. Saya ulang mengerjakannya sambil saya koreksi hingga dua kali.
Saya tengok kanan kiri semua orang tengah khusuk dengan soalnya masing-masing. Tapi saya merasa yakin bahwa kemampuan saya sudah maksimal. Akhirnya, saat waktu menyisakan 30 menit saya putuskan untuk menekan tombol SELESAI. Dengan baca basmalah saya tekan tombol itu. Klik. Sejurus kemudian nilai muncul di monitor. 305. Alhamdulillah. Saya langsung keluar ruangan.
Sebatang rokok di pojok parkiran menenangkan saya sejenak. Ada sih rasa was was atau takut. Namun semua saya tepis. Segera saja saya ambil barang titipan dan mengambil tempat strategis di depan monitor pengumuman.
Beberapa menit kemudian menyusul para peserta lain keluar dari ruang ujian. Saya pantau terus nilai yang bergerak perlahan di layar monitor. Dua kompetitor saya rupanya masih di dalam tengah mengerjakan soal. Saya lihat nilainya dalam status belum selesai. Beberapa menit berselang waktu rupanya habis. Semua peserta dalam status selesai. Termasuk dua kompetitor saya.
Layar monitor terus bergerak. Mulai dari awal. Dari nomer satu. Rupanya kali ini urutan berubah. Bukan lagi dari nomor tes peserta, tetapi dari nilai tertinggi semua peserta semua formasi. Saya makin deg degan. Di lembar pertama, nama saya muncul. Asep saepuloh total nilai SKB 305 pada urutan 13 dari 300 an peserta. Saya pantengin terus pengumuman. Maksud saya nilai kompetitor saya. Layar terus bergerak ke bawah. Lembar kedua terlewati. Lembar ketiga juga. Keempat juga. Di lembar kelima, keduanya nangkring berdekatan. 240 dan 245. Alhamdulillah. Saya berkaca. Tapi tidak nangis. Gengsi kan. Saya mau sujud syukur. Saya juga malu. ketika saya lihat yang lain peluk orangtua atau istrinya saya tidak. Saya mau peluk siapa juga tidak ada. Akhirnya saya bergegas ke WC. Kebelet.
Dalam hati saya ucapkan rasa syukur tak henti. Semoga pada pengumuman nanti tanggal 21-22 tak ada yang berubah. Ramai juga di grup WA. Saya juga dapatkan total nilai dari sana. Angkanya tetap.
Saya kabari istri juga ibu juga abah yang saya anggap orangtua sambil duduk. Air putih dan rokok. Tentu dong. Tiba-tiba perut lapar. Saya pergi ke depan kampus. Saya makan.
Setelah makan saya pesen grab. Saya pulang ke homestay nelewati macetnya Bandung 1 jam. Padahal jika di kampung jarak segitu (12 km) paling lama ditempuh 30 menit. Tapi ya begitulah Bandung. Terimakasih Bandung.
Ada misi dalam hati saya. Saya ingin membuktikan, bahwa tanpa uang sogokan sedikitpun saya bisa jadi PNS. Saya ingin membuktikan bahwa Pak jokowi sudah sangat baik meningkatkan sistem demi transparansi dan keadilan untuk rakyatnya. Saya ingin buktikan bahwa komentar nyinyir pada pemerintah terutama pak Jokowi itu tidak terbukti. Saya ingin sebarkan optimisme dan prasangka baik.
Terimakasih panitia CPNS. terimakasih semuanya. Doakan agar lancar dalam pengumuman resmi dan pemberkasan.
Sudah. Itu saja. Dulu.
Berikut adalah pengalaman saya mengikuti tes CPNS tahap SKB (tahap 2) tahun ini yaitu tahun 2018. Penulisan pengalaman ini mudah-mudahan jadi referensi pembaca tahun-tahun berikutnya.
Berawal dari kabar bahwa passing grade TKP (tes kepribadian) naik deastis saya agak khawatir. Dari yang tahun lalu passing grade (batas nilai minimal) 125 an untuk tahun ini menjadi 143. Nyatanya, kekhawatiran saya terbukti. Saat tes SKD (seleksi kompetensi dasar) yang dilaksanakan di Hotel Radiant Cirebon, saya tak lulus passing grade. Total nilai saya memang cukup tinggi bahkan di atas total nilai maksimal 289. Saya saat itu dapat nilai 309. Namun, untuk nilai TKP saya rendah, hanya mencapai angka 109. Kecil dibanding yang lain. Singkat kata saya pasrah. Saya terima kekeliruan saya saat belajar yang diperdalam hanya tes intelegensi dan wawasan kebangsaan saja. Jujur memang karena saya menjawab materi kepribadian apa adanya tidak direkayasa.
Setelah itu, tak ada harapan apapun buat saya. Saya pikir selesai perjuangan saya. Saya harus berjuang di tempat lain, dan tentu bukan sebagai PNS/ASN. Tak apalah, toh rizki berbeda dengan uang dan tak harus jalur PNS.
Namun, ternyata kemudian beberapa hari setelah selesai tes, saya buka situs dan mendapat kabar baru, bahwa panselnas CPNS Menurunkan passing grade. Dalam arti nilai di bawah passing grade bisa lulus jika tak ada yang melewati passing grade. Alhasil, saya masuk di dalamnya. Saya lulus tes SKD dengan nilai tertinggi. Saya juga tak menyangka. Kompetitor saya dua orang di bawah total nilai saya. Tiga orang termasuk saya lulus dan masuk ke tahap tes berikutnya, yaitu tes SKB (Seleksi Kompetensi Bidang).
Oya saya lupa beritahu. Saya melamar CPNS formasi guru agama di sebuah SD negeri di pemeeintahan kota cirebon.
Tiba saatnya tes SBK. kebetulan tempatnya bukan di hotel radiant lagi. Tempatnya di Telkom University, Bandung. Daerah sekitar dekat dengan Bale Endah Atau Bojong Soang.
Sore ba'da asar kami berangkat sekeluarga. Kebetulan istri saya juga lulus tes tahap pertama namun formasinya berbeda dengan saya. Dia ambil formasi pegawai di Dinas BKPSDM Majalengka. Waktu pelaksanaannya beda sedikit, selisih sehari, saya hari pertama dan istri saya hari kedua. Cerita singkatnya begitu.
Akhirnya kami berempat berangkat ke Bandung. Kami menginap di rumah saudara. Daerah Raden Patah deket kampus UNIKOM Bandung. Berangkat dari rumah naik travel pukul 16.00 sampe Bandung pukul 22.00 malem. Kami dijemput di depan Indomart ke rumah saudara sementara cuaca sedang hujan.
Singkat cerita keesokan harinya saya pagi pukul 05.00 berangkat ke tempat tes naik grab. Jalanan pagi begitu memang agak longgar. 12 km ditempuh waktu 37 menit. Belum sempet sarapan di home stay saya sarapan bubur. Setelah sarapan dan sebatang rokok, saya bergegas ke tempat registrasi. Dan ternyata sama.
Semalem saya hendak buka-buka materi. Namun tidak. Kantuk datang. Saya berdoa agar diberi kelancaran.
Tiba saatnya tes berlangsung waktu itu sekitar pukul 08.00. Saya dan peserta lainnya kisaran 300 orang dengan pelbagai formasi yang dilamar masuk ruangan dan mulai mengerjakan soal ujian CAT. Semuanya mulai mengerjakan soal termasuk saya.
Sedikit agak gemetar menghadapi soal-soal itu. Karena memang sudah lama tak bergulat dengan kedalaman kompetensi. Selama ini hanya materi-materi ringan keagamaan yang terbiasa saya ajarkan di sekolah kejuruan swasta. Sementara soal memang berhubungan dengan materi-materi waktu kuliah seperti SKI, bab mawarits, atau tentang biografi tokoh islam.
Dengan keterbatasan pengetahuan sambil mengingat-ingat pengetahuan dulu sisa di pondok dan kuliah, saya kerjakan soal itu dengan cepat. Setelah selesai semua soa saya jawab saya kaget. Waktu yang tersisa tinggal 40 menitan. Saya juga heran. Kok bisa 100 soal dalam waktu 50 menit? Langsung saja saya ambil keputusan mengulang soal-soal itu. Siapa tahu ada yang terlewati atau ada yang harus diperbaiki. Saya ulang mengerjakannya sambil saya koreksi hingga dua kali.
Saya tengok kanan kiri semua orang tengah khusuk dengan soalnya masing-masing. Tapi saya merasa yakin bahwa kemampuan saya sudah maksimal. Akhirnya, saat waktu menyisakan 30 menit saya putuskan untuk menekan tombol SELESAI. Dengan baca basmalah saya tekan tombol itu. Klik. Sejurus kemudian nilai muncul di monitor. 305. Alhamdulillah. Saya langsung keluar ruangan.
Sebatang rokok di pojok parkiran menenangkan saya sejenak. Ada sih rasa was was atau takut. Namun semua saya tepis. Segera saja saya ambil barang titipan dan mengambil tempat strategis di depan monitor pengumuman.
Beberapa menit kemudian menyusul para peserta lain keluar dari ruang ujian. Saya pantau terus nilai yang bergerak perlahan di layar monitor. Dua kompetitor saya rupanya masih di dalam tengah mengerjakan soal. Saya lihat nilainya dalam status belum selesai. Beberapa menit berselang waktu rupanya habis. Semua peserta dalam status selesai. Termasuk dua kompetitor saya.
Layar monitor terus bergerak. Mulai dari awal. Dari nomer satu. Rupanya kali ini urutan berubah. Bukan lagi dari nomor tes peserta, tetapi dari nilai tertinggi semua peserta semua formasi. Saya makin deg degan. Di lembar pertama, nama saya muncul. Asep saepuloh total nilai SKB 305 pada urutan 13 dari 300 an peserta. Saya pantengin terus pengumuman. Maksud saya nilai kompetitor saya. Layar terus bergerak ke bawah. Lembar kedua terlewati. Lembar ketiga juga. Keempat juga. Di lembar kelima, keduanya nangkring berdekatan. 240 dan 245. Alhamdulillah. Saya berkaca. Tapi tidak nangis. Gengsi kan. Saya mau sujud syukur. Saya juga malu. ketika saya lihat yang lain peluk orangtua atau istrinya saya tidak. Saya mau peluk siapa juga tidak ada. Akhirnya saya bergegas ke WC. Kebelet.
Dalam hati saya ucapkan rasa syukur tak henti. Semoga pada pengumuman nanti tanggal 21-22 tak ada yang berubah. Ramai juga di grup WA. Saya juga dapatkan total nilai dari sana. Angkanya tetap.
Saya kabari istri juga ibu juga abah yang saya anggap orangtua sambil duduk. Air putih dan rokok. Tentu dong. Tiba-tiba perut lapar. Saya pergi ke depan kampus. Saya makan.
Setelah makan saya pesen grab. Saya pulang ke homestay nelewati macetnya Bandung 1 jam. Padahal jika di kampung jarak segitu (12 km) paling lama ditempuh 30 menit. Tapi ya begitulah Bandung. Terimakasih Bandung.
Ada misi dalam hati saya. Saya ingin membuktikan, bahwa tanpa uang sogokan sedikitpun saya bisa jadi PNS. Saya ingin membuktikan bahwa Pak jokowi sudah sangat baik meningkatkan sistem demi transparansi dan keadilan untuk rakyatnya. Saya ingin buktikan bahwa komentar nyinyir pada pemerintah terutama pak Jokowi itu tidak terbukti. Saya ingin sebarkan optimisme dan prasangka baik.
Terimakasih panitia CPNS. terimakasih semuanya. Doakan agar lancar dalam pengumuman resmi dan pemberkasan.
Sudah. Itu saja. Dulu.