Bagi anda yang minat jadi penulis, beberapa tips ini penting untuk dibaca.
Menulis adalah proses kreatif melahirkan ide dan gagasan menjadi literal dan dapat dipahami oleh orang lain.
Ada proses dimana orang menjadi penulis atau disebut penulis. Tak tiba-tiba simsalabim. Memang, semua orang bisa menulis apa saja. Tapi menjadi penulis yang baik tak hanya butuh bakat tapi juga kemauan dan konsistensi (istiqamah).
Ada beberapa hal yang perlu dijalani seseorang yang hendak menjadi penulis. Ini berdasarkan pengalaman saya sendiri dulu. Juga pengalaman para suhu yang lain yang saya tahu.
(1)
Pertama, MEMBACA.
menulis ibarat buang hajat atau bertelur. Logikanya, bagaimana mungkin seseorang bisa buang hajat kalau dia tak pernah makan. Koheren, semakin banyak makan semakin banyak yang dikeluarkan. Semakin banyak membaca potensi tulisan akan semakin banyak.
Saya masih ingat dulu, oleh senior ditugasi membaca buku per hari 100 halaman dan meningkat terus hingga per hari 500 halaman. Tugas itu terus menerus hingga kepala sesak tak kuat menuntut untuk dikeluarkan
(2)
Koleksi kosakata.
Saya memulai mengoleksi kosa kata dengan cara mencatatnya. Mengumpulkan padanan (sinonim) atau lawanan (antonim) dari kata. Saya juga mencatat kata-kata populer beserta artinya. Saya coba masing-masing dibuatkan kalimat.
(3)
Memulai menulis.
Saya dulu memulai dengan tulisan tangan. Pelan-pelan. Awalnya memang sulit. Tapi setelah lama terbiasa juga. Saya dulu ditarget. Misalnya per hari satu tulisan kisaran dua halaman kertas folio bergaris. Kemudian dua hingga tiga tulisan. Mengenai apa yang ditulis itu bebas. Sesuai minat disiplin ilmu atau kajian yang diinginkan atau didalami.
(4)
Berdiskusi.
Ini yang penting dalam proses kepenulisan selanjutnya. Mengapa begitu? Sebab tulisan juga butuh ketajaman dan logika yang nyambung. Kalau kita menulis tentang hukum tentu harus sedikit banyak paham pasal. Ya begitulah diskusi dengan partner adalah dalam rangka mempertajam pendapat dan memperkaya sudut pandang yang keduanya adalah modal penting dalam menulis.
(5)
Meniru gaya tulisan orang lain.
Ini tahap awal. Kadang memang harus begitu. Namun bukan berarti sepenuhnya menjiplak. Tapi dalam gaya menulis saja. Misalnya, Gunawan Muhammad di kolom tempo yang bahasanya lugas, mudah dipahami, dan kalimatnya pendek-pendek yang tidak bikin sesak nafas orang yang membaca tulisannya. Atau seperti mas pram (Pramodya Ananta Toer, alm) yang lugas, original, klasik, dan unik.
Sebelum menemukan gaya kepenulisan sendiri, proses imitasi gaya orang lain dipandang wajar dalam dunia kepenulisan.
(6)
Mengirimkan ke media.
Ini tahap dimana tulisan kita diukur kualitasnya oleh sebuah media. Bisa jadi tulisan kita hanya baik menurut diri sendiri. Maka butuh orang lain / media untuk menilai. Jika tulisan kita tembus dan dimuat itu sama saja sebagai pengakuan dari media bahwa tulisan kita layak muat atau bagus. Biasanya semakin tenar dan bagus sebuah media makan semakin ketat pula seleksi tulisannya.
(7)
Pantang menyerah dan istiqamah.
Seorang penulis yang baik adalah hasil didikan disiplin diri sendiri dan konsistensi. Bakat, bagi saya, tak lebih dari 10 persen. Sisanya adalah hasil latihan. Maka berlatih adalah satu-satunya cara efektif untuk menjadi penulis.
bagaimana memulai menjadi penulis |
Ada proses dimana orang menjadi penulis atau disebut penulis. Tak tiba-tiba simsalabim. Memang, semua orang bisa menulis apa saja. Tapi menjadi penulis yang baik tak hanya butuh bakat tapi juga kemauan dan konsistensi (istiqamah).
Ada beberapa hal yang perlu dijalani seseorang yang hendak menjadi penulis. Ini berdasarkan pengalaman saya sendiri dulu. Juga pengalaman para suhu yang lain yang saya tahu.
(1)
Pertama, MEMBACA.
menulis ibarat buang hajat atau bertelur. Logikanya, bagaimana mungkin seseorang bisa buang hajat kalau dia tak pernah makan. Koheren, semakin banyak makan semakin banyak yang dikeluarkan. Semakin banyak membaca potensi tulisan akan semakin banyak.
Saya masih ingat dulu, oleh senior ditugasi membaca buku per hari 100 halaman dan meningkat terus hingga per hari 500 halaman. Tugas itu terus menerus hingga kepala sesak tak kuat menuntut untuk dikeluarkan
(2)
Koleksi kosakata.
Saya memulai mengoleksi kosa kata dengan cara mencatatnya. Mengumpulkan padanan (sinonim) atau lawanan (antonim) dari kata. Saya juga mencatat kata-kata populer beserta artinya. Saya coba masing-masing dibuatkan kalimat.
(3)
Memulai menulis.
Saya dulu memulai dengan tulisan tangan. Pelan-pelan. Awalnya memang sulit. Tapi setelah lama terbiasa juga. Saya dulu ditarget. Misalnya per hari satu tulisan kisaran dua halaman kertas folio bergaris. Kemudian dua hingga tiga tulisan. Mengenai apa yang ditulis itu bebas. Sesuai minat disiplin ilmu atau kajian yang diinginkan atau didalami.
(4)
Berdiskusi.
Ini yang penting dalam proses kepenulisan selanjutnya. Mengapa begitu? Sebab tulisan juga butuh ketajaman dan logika yang nyambung. Kalau kita menulis tentang hukum tentu harus sedikit banyak paham pasal. Ya begitulah diskusi dengan partner adalah dalam rangka mempertajam pendapat dan memperkaya sudut pandang yang keduanya adalah modal penting dalam menulis.
(5)
Meniru gaya tulisan orang lain.
Ini tahap awal. Kadang memang harus begitu. Namun bukan berarti sepenuhnya menjiplak. Tapi dalam gaya menulis saja. Misalnya, Gunawan Muhammad di kolom tempo yang bahasanya lugas, mudah dipahami, dan kalimatnya pendek-pendek yang tidak bikin sesak nafas orang yang membaca tulisannya. Atau seperti mas pram (Pramodya Ananta Toer, alm) yang lugas, original, klasik, dan unik.
Sebelum menemukan gaya kepenulisan sendiri, proses imitasi gaya orang lain dipandang wajar dalam dunia kepenulisan.
(6)
Mengirimkan ke media.
Ini tahap dimana tulisan kita diukur kualitasnya oleh sebuah media. Bisa jadi tulisan kita hanya baik menurut diri sendiri. Maka butuh orang lain / media untuk menilai. Jika tulisan kita tembus dan dimuat itu sama saja sebagai pengakuan dari media bahwa tulisan kita layak muat atau bagus. Biasanya semakin tenar dan bagus sebuah media makan semakin ketat pula seleksi tulisannya.
(7)
Pantang menyerah dan istiqamah.
Seorang penulis yang baik adalah hasil didikan disiplin diri sendiri dan konsistensi. Bakat, bagi saya, tak lebih dari 10 persen. Sisanya adalah hasil latihan. Maka berlatih adalah satu-satunya cara efektif untuk menjadi penulis.