Mengenal Istilah Tirakat Dalam Islam Di Indonesia--Dalam Alqur'an dan hadits, nyaris tak ditemukan secara eksplisit keterangan yang mendasari laku tirakat versi Islam Nusantara. Secara umum, dalam Islam menyebutnya sebagai riyadloh atau ibadah, dzikir, dan taqarrub kepada Allah. Istilah tirakat sendiri hanya di kenal di nusantara. Untuk mengenal istilah tirakat dalam Islam di Indonesia, lebih absah ditelusuri di kalangan para santri, kiai, atau orang-orang shaleh sebagai pelaku langsung dari tirakat tersebut. Lebih dari itu, mengenal tirakat hanya sebatas secara bahasa dan cerita.
mengenal istilah tirakat |
Tirakat, dalam kacamata Islam Nusantara, ialah laku khusus seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah khusus berupa dzikir, amalan atau laku tertentu.
Tirakat sering juga dianggap sesuatu yang aneh bagi kebanyakan orang. Sebab memang perilaku yang ditunjukkan oleh orang yang tengah tirakat itu tampak tak sewajarnya bagi orang umum. Misalnya, tirakat ngomong; orang yang sedang menjalani laku itu maka ia tidak boleh bicara sepatah katapun, jangankan satu kata, satu frasa atau se penggal suku kata pun tidak boleh. Bagi orang kebanyakan tentu aneh. Mereka mungkin bilang: "ngapain coba kek gitu, kayak gak ada kerjaan nyusahin diri sendiri"
Dalam tradisi jawa, berdasar kamus, tirakat dimaknai sebagai sebuah kesempurnaan. Lebih lanjut, dari makna harfiah itu, dapat dipahami bahwa tirakat adalah laku manusia menuju jalan kesempurnaan hidup.
Secara bahasa, memang berbeda antara tirakat dengan tarekat. Yang pertama merujuk pada perilaku atau laku manusianya, sementara yang kedua merujuk pada kelompok sufi atau jamaah yang tengah menempuh jalan khusus taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Jalan khusus yang dimaksud adalah jalan di atas atau melampaui syariat yang berlaku secara umum dan tersirat tegas dalam tulisan. sementara tarekat atau thariqah dapat disebut juga sebagai sebuah keyakinan. Di dalam masyarakat muslim, ada banyak ditemui aliran tarekat yang beragam. Di Indonesia sendiri, Nahdlatul Ulama mencatat ada sekitar 45 Thariqoh yang dianggap mu'tabaroh (terverifikasi keabsahannya oleh NU) dan sah diagem oleh masyarakat muslim, khususnya Nahdliyyin Nusantara. Salah satu ciri tarekat mu'tabaroh ialah memiliki seorang mursyid dan keberadaannya atau eksistensinya secara resmi diakui oleh pemerintah atau lembaga keislaman seperti, misalna, oleh Nahdlatul Ulama.
Tirakat disarikan dari kata "tarekat" atau thariqah (طريقه) dalam bahasa arab. Arti harfiahnya yaitu "sebuah jalan" atau cara, metode atau sistem. Selanjutnya dimaknai sebuah jalan khusus yang ditempuh untuk mencapai derajat kekasih Allah melalui amalan tertentu. Dikenal ada 4 istilah dalam menggambarkan tingkatan jalan mencapai maqam kekasih Allah atau ma'rifatullah; yaitu Syariat, Thariqat, Hakekat, dan ma'rifat. Empat maqam (tingkatan, level) itu adalah gambaran cara seorang hamba dalam usahanya mendapatkan ridha Allah Swt.
Masih dari segi bahasa, ada pula yang mengatakan bahwa tirakat berasal dari bahasa arab tirkatun, tarokan, atau taroka (ترك) yang artinya meninggalkan. Selanjutnya, dari makna kata itu dapat dimaknai bahwa tirakat adalah laku seseorang meninggalkan kesenangan dan kemewahan dunia, meninggalkan hal-hal yang tak perlu (لغو), meninggalkan permainan dunia ( لعب), demi untuk mencapai derajat kekasih Allah, yaitu orang yang dekat dengan Allah. Sebagai contoh sederhana, orang yang tengah menjalani tirakat puasa, maka ia meninggalkan makan, minum, bersenggama, dan semua yang membatalkan tirakatnya. Ada juga yang melakukan tirakat melekan, maka ia meninggalkan kenikmatan tidur, menjauhi bantal dan kasur, membiarkan istrinya tidur sendiri, bahkan meninggalkan kantuk.
Ada banyak macam model tirakat dengan pelbagai kekhasannya, namun penulis menyarikannya dalam empat hal penting yang hampir mencakup segala jenis laku tirakat; pertama, tirakat weteng, menahan lapar dan dahaga. Puasa atau Shaum dalam dimasukkan ke kategori tirakat ini. Kedua, tirakat mata, yaitu melekan siang malam tanpa tidur. Ketiga, tirakat ibadah dan amal sholeh, yaitu secara kontinyu melakukan ibadah seperti sholat, wiridan, bersedekah, dan semacamnya. Keempat tirakat hati, yaitu meninggalkan pikiran duniawi dan mengusahakan hatinya terus mengingat Sang Maha Kuasa, tidak sampai lupa dalam segala aktivitas, di waktu kapanpun, dalam kondisi apapun.
Dari dua pengertian secara bahasa di atas, dapat ditarik benang merah bahwa keduanya sama-sama menempuh jalan untuk bagaimana bisa menjadi manusia pilihan yaitu manusia yang dicintai Allah bahkan menjadi kekasihnya. Pada muaranya adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.