Blogger Jateng

Membongkar 3 Watak Manusia Yang Berpotensi Bahaya

Membongkar 3 Watak Manusia Yang Berpotensi Bahaya

Membongkar 3 Watak Manusia Yang Berpotensi Bahaya--Pada tulisan kali ini, saya akan mengupas tentang Membongkar 3 Watak Manusia Yang Berpotensi Bahaya. Kajian ini saya telaah dan saya cari di banyak sumber ternyata belum ada yang secara gamblang membahasnya, apalagi membongkarnya. Saya juga menyadari bahwa mengenal dan membongkar 3 watak ini penting sebab sering luput dari ingatan manusia. 

Dalam pembahasannya, saya mengambil sudut pandang Islam. Dalam sumber ajaran Islam, manusia disebut sebagai tempatnya salah dan lupa. ألإِنْسِانُ مَحَلُّ الخَّطَاء وَالنِّسْيَان "al-insan mahallul khata' wa al-nisyan". Artinya bahwa manusia itu tempatnya salah dan lupa. Ungkapan di atas memang bukan hadits, tetapi lebih tepatnya ungkapan ulama. Salah satu ulama yang mengungkapkan hal seperti itu ialah Abul Hasan Al-Harawi dalam Mirqāt al-mafātih. Namun pun demikian, ungkapan ulama itu selaras dengan sebuah Hadits Nabi Muhammad Saw dari Ibnu Majjah yaitu : 

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.

Artinya: “Setiap manusia memiliki kesalahan. Orang bersalah yang paling baik adalah orang yang bertaubat.” (H.R Ibn Majjah)

Dari Ungkapan Ulama di atas, kita sudah mengenal dua watak manusia yaitu (1) salah dan (2) lupa. Dan yang ketiganya adalah dosa atau dalam bahasa arabnya bisa disebut "'itsmun" atau "dzanbun". 

Untuk memudahkan pemahaman terhadap 3 watak manusia itu, saya membuat piramida sebagai berikut: 

Membongkar 3 Watak Manusia Yang Berpotensi Bahaya

Pertama, dari piramida tersebut, watak lupa manusia berada di paling atas. Artinya, adalah wajar bahwa manusia memiliki sifat lupa. Bentuknya bisa macam-macam; misalnya lupa pada kewajiban, lupa pada tugas, lupa pada aturan, lupa pada posisi, lupa pada asal muasal/purwadaksi, lupa pada perjalanan awal mula kehidupan, lupa pada tanggungjawab, dan lain semacamnya, mungkin hingga lupa daratan. Allah tidak menghukum orang yang lupa. Sebagaimana dalam hadits bahwa, tidak dicatat sebagai dosa yaitu--salah satunya--orang yang lupa. Pada posisi lupa, manusia harus DIINGATKAN. Itu pula yang kita pahami dengan kehadiran para rosul sejak zaman nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad. Kehadiran para nabi itu adalah dalam rangka mengingatkan manusia akan tauhid, keEsaan Allah Swt. Begitupun para penerus nabi yaitu ulama. Tugas mereka salah satunya adalah untuk mengingatkan umat yang lupa pada tuhan dan pada kewajiban-kewajibannya. 

Kedua, manusia tempatnya salah. Saat lupa dengan petunjuk, tuntunan, aturan, kewajiban, maka manusia cenderung melakukan kesalahan. Simplenya, saat lupa beberapa kali maka manusia berpotensi melakukan kesalahan. Mungkin di antara kita sering mengalami kondisi, dimana kita lupa melakukan sesuatu karena lupa aturannya, lupa tatacaranya, sehingga saat melakukannya kita melakukan kesalahan. Untuk orang yang salah, Allah tidak menghukum mereka, akan tetapi juga tidak dianggap wajar-wajar saja. Allah mengganjar orang-orang yang melakukan kesalahan dengan TEGURAN. Ditegur Tuhan dengan peristiwa atau apapun namanya supaya tidak mengulangi kesalahan. Pada level ini Allah tidak menganggap kesalahan manusia itu sebagai dosa yang layak dihukum siksa. Namun kesalahan yang dilakukan itu lebih tepat dianggap sebagai pelajaran supaya tidak diulangi di kemudian hari. 

Ketiga, Manusia yang melakukan dosa. Pada level inilah yang dimaksud dengan berpotensi bahaya. Artinya, dosa-dosa yang dilakukan akan menjerumuskan manusia itu sendiri pada murka Allah dan akan kembali pada dirinya berupa bahaya ancaman siksa dan neraka. Lebih dalam dari level lupa dan salah, dosa cenderung sebagai perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan dengan pengetahuan yang cukup. Misalnya, seorang manusia tahu bahwa perbuatan itu dilarang, namun tetap dilakukan, maka itu termasuk dosa. Berbeda jika tidak tahu, maka tidak dosa. Dosa orang yang tidak tahu hanyalah dosa karena tidak mencari ilmu. Kebiasaan-kebiasaan melakukan kesalahan dan menghiraukan teguran Allah, seringkali berujung pada perbuatan dosa, yang malah dianggap biasa saja. Itu yang berbahaya. Pada level dosa, bukan lagi PERINGATAN atau TEGURAN Tuhan yang datang, tetapi MURKA dan SIKSA. Naudzubillah min dzalik.