Blogger Jateng

Wisata Keluarga Bercocok Tanam

Di tengah kesibukan hari ada penat. Kerja dan kerumitan segala urusan hidup memang tak bisa dielakkan. Namun itu fitrah. Yang namanya manusia memang harus kerja. Dan bahkan itu wajib, jika demi menghidupi keluarga bukan untuk berfoya-foya.

Zaman sekarang banyak orang memilih kerja kantoran. Di samping tergolong bukan kerja kasar, beberapa memang menjanjikan. Pabrik-pabrik dibangun dengan gaji UMR. Buruh bertebaran dimana-mana. Dulu memang untuk menjadi buruh pabrik banyak yang berangkat ke kota. Tapi kini, di kampung halamanku majalengka sudah banyak pabrik dibuka. Perusahaan memang cerdik, dengan UMR kabupaten yang relatif kecil mereka dapat memproduksi barang sama banyaknya dibanding pabrik di kota dengan UMR yang lebih besar. Tetapi bukan itu fokus tulisan ini. Jadi mari kita abaikan untuk dibahas di lain waktu.

Di tengah kesibukan kerja, orang-orang penat dengan aktivitas. Padat sekali. Hingga nyaris tak ada waktu untuk rekreasi. Mungkin kecuali sabtu atau minggu. Itupun sulit. Sebab di kampung sepertiku waktu itu dijadikan momen sosialisasi dan bersilaturrahim dengan tetangga atau saudara. Bolehlah juga itu dibilang rekreasi. Sangat positif.

Namun saya menawarkan ide lain kaitannya dengan rekreasi. Yang saya tengan jalani di antaranya adalah bercocok tanam. Di sela-sela kesibukan yang hanya kadang menyisakan waktu satu atau dua jam, saya gunakan untuk bercocok tanam.

Bagi saya itu asyik. Kita bisa berekreasi sambil mengeluarkan keringat alias berolahraga. Ada banyak oksigen di kebun untuk dihirup. Dan mata kita dimanjakan oleh pemandangan alam yang serba hijau.

Di tengah musim penghujan, tanaman dan pohon mulai menghijau. Yang tadinya kering kerontang beranjak tumbuh. Bahkan beberapa sudah mulai rindang.

Kebetulan saya musim ini menanam pohon pepaya di kebun dan di sekitar rumah. Dulunya, biji pepaya saya tabur di samping rumah. Kini setelah beberapa minggu tumbuh setinggi jengkal saya pindahkan. Saya tanam di kebun.

Awalnya iseng-iseng saya siangi rumput. Lalu saya cangkul sedikit. Saya tanami. Kebetulan saya tanam 32 pohon dengan jarak tanam 1,5 meter. Tampaknya terlalu jauh. Tapi tak apalah. Soalnya kebun saya sering dilalui orang dan memang ada jalan setapak yang membelah kebun. Mudah-mudahan saja tumbuh dengan baik. Tentu kalau dirawat akan baik hasilnya. Nanti kita lihat hasilnya beberapa bulan kedepan.

Sebenarnya tidak harus punya kebun atau lahan yang luas. Bercocok tanam dapat dilakukan di pekarangan. Misalnya menggunakan media pot. Itu juga menarik. Seperti beberapa teman saya melakukannya. Jenis tanaman bisa variatif. Dari mulai sayuran sampai bunga. Tergantung hobi saja.

Dampak yang saya rasakan lumayan baik bagi kesehatan pikiran dan badan saya. Buktikan saja. Pikiran lebih jernih dan bersih. Badan juga sehat dengan beraktifitas.

Saya mulai paham, alam sebenarnya menyajikan penawar bagi masalah apapun. Bagi kebaikan dan kesehatan kita semua manusia. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Sekarang saya tidak berpikir tentang hasil. Apakah nantinya pohon pepaya itu akan banyak buahnya. Apakah nanti buahnya bisa dijual. Apakah pangsa pasarnya bagus. Itu nanti. Saat ini bagi saya berkebun adalah aktivitas mengasyikkan sebagai wisata pribadi saya. Sebagai aktivitas baru saya yang sedikit banyak mewarnai hari-hari saya. Dibanding rehat dengan tidur atau berleha-leha, saya pikir alternatif ide saya tentang berkebun bisa dipertimbangkan.