Blogger Jateng

Bagaimana Caranya Menjadi Penulis Handal

Suasana agak dingin. Sepi pula. Tak ada lalu lalang kendaraan. Ada beberapa orang saja. Berjalan kaki. Sendiri. Sendiri. Sekedar menyapa dan berlalu. Suara jangkrik dan kodok bersahutan dari arah barat. Dari kebun tetangga.

Malam ini sepi. Aku dihinggapi lemas. Lemas bukan kantuk. Aku belum mengantuk. Hanya anak cikalku yang masih terjaga. Dia memang begitu. Agak susah tidur sore-sore. Sementara ibu dan adiknya sudah terkapar tidur. Mungkin capai. Seharian berjibaku dengan aktivitas rutin ibu-ibu.

Aku sebenarnya juga begitu. Capai. Tapi masih belum mau tidur. Aku buka medsos. Bosanku datang. Aku buka message. Tak ada yang baru. Tak ada yang penting. Hambar. Aku buka saja blogku. Aku mau menulis. Aku menulis.

Bagi beberapa orang atau banyak dari mereka kesulitan dalam menulis. Katanya susah merangkai kata. Tapi aku pikir tidak. Tidak sesulit itu. Bagiku tulisan adalah kata pikiran. Dan aku berani bertaruh, semua orang terus berpikir selama ia terjaga. Entah bentuknya ide atau lamunan. Atau sekedar menggali memori lampau untuk mengenang. Lalu apa sulitnya menulis. Tinggal tulis saja.

Menurutku, banyak orang yang kesulitan menulis karena beberapa hal. Satu, dia tidak tahu darimana mulai menulis. Padahal semua orang tahu bahwa memulai tulisan itu pasti dari awal. Bukankah begitu. Ya masa ada mulai dari akhir.

Tapi jujur aku juga pernah mengalaminya. Mungkin sepuluh tahun lalu saat belajar menulis. Tapi aku masih ingat rumus penulis, yaitu TULIS, TULIS, dan TULIS. itu saja.

Dua, orang sulit menulis karena ada benteng yang menghalanginya. Benteng itu di antaranya pikiran jelek tentang ketakutan. Takut tulisannya jelek. Takut ditertawakan. Takut dikritik. Atau takut mandek di tengah jalan. Aku pikir itu alasan mengada-ada. Makanya, buat penulis pemula seperti saya stay enjoy saja. Dan ikhlas apapun kemudian yang akan terjadi pada tulisanku. Dicemooh silakan. Dikritik juga boleh. Santay saja.

Mungkin orang yang sulit menulis telah mematok harga dirinya harus tergambar utuh dalam tulisannya. Seolah jika tulisannya jelek maka jelek pula dirinya. Padahal tidak begitu amat. Tidak semuanya begitu.

Tiga, alasan mereka yang malas menulis adalah karena tak ada waktu. Hm, klasik sekali ya sobat. Apalagi zaman moden seperti sekarang. Tinggal ambil Handphone menulis dech. Cukup mudah dan simpel. Buktinya, aku saja sekarang menulis sambil tiduran. Sambil ngopi atau ngerokok juga bisa. Lha aku ini buktinya.

Memang ada level-level tulisan. Secara garis besar dibagi dua, ada tulisan ringan dan ada tulisan berat. Nah, untuk jenis kedua memang butuh kajian, analisis dan penataan yang rapi. Agar logika dan pesan sampai pada pembaca, tidak cacat dan membingungkan. Tapi bagi jenis tulisan ringan, saya pikir cukup mudah bermodal pikiran dan keberanian untuk menuliskan kata-kata yang ada di benak saja.

Well, rahasia agar bisa menulis adalah: ambil smartphone atau ballpen lalu menulislah. Menulislah.

Dunia tengah menunggu kau diabadikan dalam tulisan-tulisanmu. Di era literasi, rasanya sudah tak zaman cuap-cuap mulut sesumbar kata.

Bagi kalian yang minat jadi penulis silakan coba saja tipsku, yaitu menulislah apapun, menulislah kapanpun, dan menulislah tentang apapu.

Selamat menulis!