Blogger Jateng

Pengetahuan Tentang Tarekat

Bismillah,
Kali ini saya akan mengajak belajar dan mengingat-ingat pengetahuan tentang tarekat. Mungkin tidak sedetil dan segamblang tulisan ilmiah. Tapi mudah-mudahan membantu memahami tarekat secara sederhana. Terutama bagi masyarakat umum seperti saya yabg, bahkan, awan ilmu pesantren.

Saya juga tidak akan terlalu masuk pada sejarah dan perkembangan tarekat. Sebab itu butuh kajian khusus dan sangat buanyak sekali. Sulit sekali. Apalagi dalam pemahaman saya, menjelaskan atau memaparkan tentang tarekat tidak boleh sembarangan. Mengapa demikian? Nanti kita juga dengan sendirinya akan paham.

Nah, dalam pemahaman saya baik dari membaca maupun petunjuk guru, tarekat berasal dari kata thariqoh yang artinya jalan (way). Secara khusus dimaknai sebagai jalan khusus dalam menempuh hidup untuk tujuan 'mencapai' Tuhan atau mendapatkan ridha Allah. Dikatakan khusus sebab berbeda dengan jalan kebanyakan yang disebut syariat.

Kita pernah mendengar bahwa ada empat level atau tingkatan cara manusia 'menghampiri' Tuhannya. Yaitu: syariat, thariqat, hakikat, dan ma'rifat. Yang pertama, yaitu syariat adalah kompetensi umum dan standar sebagai panduan bagi manusia untuk mendapatkan riha Allah. Sebut saja di dalamnya terangkum ilmu fiqh, kalam, ushul, nahwu, sharaf, dan yang lainnya. Syariat ditampilkan sebagai SOP manusia korelasinya dengan Allah. Sebut juga ajaran sholat, puasa, zakat, dan sejenisnya. Itu semua terangkum dalam syariat.

Lalu apa itu tarekat? Tarkat adalah ruh dari syariat. Sejatinya, tariqah tak lantas sepenuhnya berbeda dengan syariat. Malah justru melengkapi. Dalam pandangan ulama mafhum bahwa thariqat yang benar adalah yang tidak menyalahi syariat tetapi justru menghidupkan atau melampaui syariat. Misalnya saja, dalam syariat diatur tatacara shalat yang sah. Nah, dalam tariqat aturan itu ditingkatkan levelnya dengan dihidupkan oleh hudlur atau kekhusu'an. Bahkan dalam aliran tarekat tertentu, khusu' menjadi syarat mutlak dari shalat. Yang artinya jika seseorang tidak khusu' maka shalatnya tidak sah.

Oleh karena pemahaman di atas, keliru jika orang lantas menganggap bahwa tarekat itu sesat, atau tarekat itu sepenuhnya berbeda dengan syariat. Malah, bagi orang-orang yang insyaf akan peningkatan diri, tarekat menjadi keharusan.

Salah satu cara yang banyak dipilih oleh para alim untuk meningkatkan amal ibadah ialah jalan tarekat. Perlu ditegaskan bahwa ada perbedaan antara tarekat dengan tasawwuf. Kalau tasawwuf adalah laku akhlak berdasarkan ajaran nabi baik dari alqur'an dan hadits. Sementara tarekat itu sama dengan tasawwuf akan tetapi lebih terorganisir dan terutama dalam tarekat mengenal yang namanya Mursyid atau guru agung. Dalam syariat hanya dikenal guru atau ustadz saja. Tidak dikenal mursyid. Dan hanya dari mursyid inilah ilmu ditransfer sebagaimana mestinya. Sebab hanya mursyid yang dipercaya memiliki silsilah keilmuan yang muttasil (tersambung) dari Nabi Muhammad Saw. Ilmu tarekat diwariskan secara langsung melalui lisan mursyid dan laku amal yang nyata nampak bukan hanya pengetahuan dari buku dan keterangan.

Nah, mengenai detil penjelasan mursyid sebaiknya memang lebih mendalam dipelajari. Untuk menghindari pemahaman yang menyamaratakan ilmu atau menyamaratajan pengetahuan. Sebab salah satu prinsip penting yang dipegang para pejalan tarekat adalah bahwa orang menentukan tidak hanya kata-kata atau bahasa. Semisal perbedaan hikmah alquran ketika dibaca oleh orang yang bersih hatinya dibandingkan dengan orang yang punya hati atau pikiran buruk.

Sekian