Blogger Jateng

Cara Mengatasi Kesulitan Menulis Di Blog

Tahu tidak, dari tadi aku ambil smartphone aku letakkan lagi. Ambil lagi letakkan lagi. Sepertinya aku ingin menulis tapi lagi-lagi aku tak punya ide. Masalah bagiku.

cara mengatasi kesulitan menulis di blog

Aku pikir aku terlalu terpaku ke pasar. Bahwa apa yang ku tulis adalah konsumsi pasar. Bahwa yang kutulis bagaimana disukai pasar. Aku nyaris habis oleh pasar. Sepertinya tak ada tempat untuk misi dan ideologi murniku dalam tulisan. Satu sisi memang itu tantangan. Namun di sisi lain tentu sangat menjengkelkan.

Tak pikir panjang, aku buang saja semua kepentingan itu. Semua pertimbangan itu. Semua yang mengekangku harus ini harus itu dengan tulisanku. Aku jujur saja ku tulis apa adanya. Original saja. Meski aku tahu resikonya. Viewer blog ku mungkin sedikit. Tapi masa bodoh. Dalam pikirku, aku tidak mau habis. Aku aku harus menulis.

Di awal aku bangun blogku 10 tahun yang lalu memang tak terbesit sedikitpun untuk meraup uang darinya. Semata-mata adalah tempat aku simpan memori dan karya. Juga aku ingin berbagi tentang ide dan gagasan. Terutama awalnya keislaman. Jadi bagaimana mungkin hari ini aku akan menyerah pada kapitalis.

Kesulitan yang ku hadapi aku yakin juga dialami oleh banyak penulis, juga banyak para blogger. Apa yang aku bicarakan dari awal bagi blogger adalah masalah sekaligus solusi. Lihat saja kawan, sedari tadi aku paksakan tulis apa yang ku pikirkan, nyatanya sudah sampai pada paragraf yang ke sekian.

Memang, dalam menulis ada kaidah. Tapi kebanyakan kaidah menghalangi orang untuk menulis. Ketakukan seperti takut salah, takut jelek, takut tidak laku itu adalah macam-macam ketakutan yang tak beralasan.

Bagi kalian para blogger senior atau para anak muda energik, menulislah tanpa rasa takut. Alirkan semua energi, pikiran dan rasamu. Akan engkau rasakan kelegaan dan kenyamanan, ketika semua rumit dan ruwetnya otaknu dikeluarkab dalam tulisanmu. Apapun itu.

Aku tiba-tiba ingin buat puisi. Boleh ya. Siapa juga yang melarang. Sebentar aku hening sejenak. Kau yang membaca diam saja di sana.

SENJA

diberanda. Senja
Tiang listrik sendiri. Tangannya yang banyak.
Lampu-lampu itu menyala karena senja.
Aku kini dan segelas kopiku. Kau? Entah aku tak peduli.
Senja bagiku barat beranda. Fajar timur beranda. Selalu begitu sebelum kiamat.
Oh.
Sekali lagi.
Senja. Makin gelap kau senja.
Mungkin aku juga.

Sudah. Begitu saja puisiku. Jangan kau hina.

Nah, begitu caraku mengatasi kemandekkan menulis. Malah justru aku menemukan gagasan baru. Bagaimana kalau tulisanku keluar dari pakem standar tulisan-tulisan orang lain. Misalnya saja tiap tulisan ada puisinya gitu. Kayaknya seru juga. Ya seperti sebuah film yang ditengahnya ada iklan komersil.

Udah dulu ya, kopiku dingin. Dan hari mulai gelap. Magrib segera datang. Kita lanjut nanti malam.