Dini hari ini saya masih di luar rumah. Tepatnya di teras rumah. Ditemani dua gelas kopi dan se mug air putih. Rokok juga tentunya.
Entah malam yang keberapa kalinya seperti ini. Mungkin sudah menjadi biasa. Tak ada yang dikhawatirkan. Namun tiap malam apalagi menjelang pagi, bagi saya selalu terasa istimewa. Selain karena tak semua orang merasakan malam dalam keadaan terjaga, juga tentu keutamaan malam di banding siang jelas keterangannya.
Rintik hujan melengkapi kesyahduan. Hujan yang tak lebat juga bukan rintik-rintik memberi hawa sedang dan mengusir nyamuk.
Sejujurnya saya ingin membuat puisi. Tapi nanti saja. Nampaknya persoalan waktu dan mood yang belum pas saja. Sebab bagi sebagian orang seperti saya, membuat puisi masih butuh mood. Mungkin bagi orang yang terbiasa atau yang sudah jadi pekerjaan, membuat puisi bisa dipaksa hatta menciptakan mood dan suasana. Tapi bagi saya masih sulit. Ya sudah terima saja.
Anak-anak di dalam rumah dengan ibunya tampaknya nyenyak. Tak saya dengan rengekan atau tangisan. Syukurlah. Tuhan, Allah, memberi saya amanah sekaligus anugerah, sebuah keluarga yang hangat. Selalu saya doakan keluarga menjadi penuh sakinah dan bisa menjadi suri teladan bagi orang lain, bagi keluarga lain. Alhamdulillah.
Sebentar saya seruput kopi dan bakar ujung sigaret dulu.
Oh ya, saya juga ditemani kakak ipar. Sepertinya dia tengah sibuk dengan hape nya. Seharian tadi dia mencangkul persiapan tandur. Nampaknya lelah. Saya juga sempat mampir tadi sore saat saya ambil daun pisang dan memancing di kali.
Jujur saya suka suasana sawah. Saya suka aktivitasnya. Menurut saya, berbahagialah para petani. Terlepas dari hasil panen untung atau buntung, menurut saya, banyak anugerah Allah buat para petani.
Misalnya saja, mereka diberikan ladang untuk berolahraga. Atau diberi kepercayaan Allah untuk menanam padi yang kemudian dinikmati oleh banyak orang. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang sehat dan bahagia. Suatu saat nanti saya ingin sekali bertani.
Oh ya, hujan nampaknya makin lebat. Tapi tak apalah. Dingin-dingin nyoy. Mantaf. Ada selimut juga sih. Nanti pada saatnya saya juga masuk ke dalam rumah. Para pembaca yang budiman, mari kita syukuri hidup, kita isi dengan kebaikan dan memandang kehidupan dari banyak sisi positif. Agar kita semua mampu membaca ilmu dan hikmah untuk kita renungkan dan terapkan dalam diri kita masing-masing.
Sekian dulu ya...
Entah malam yang keberapa kalinya seperti ini. Mungkin sudah menjadi biasa. Tak ada yang dikhawatirkan. Namun tiap malam apalagi menjelang pagi, bagi saya selalu terasa istimewa. Selain karena tak semua orang merasakan malam dalam keadaan terjaga, juga tentu keutamaan malam di banding siang jelas keterangannya.
Rintik hujan melengkapi kesyahduan. Hujan yang tak lebat juga bukan rintik-rintik memberi hawa sedang dan mengusir nyamuk.
Sejujurnya saya ingin membuat puisi. Tapi nanti saja. Nampaknya persoalan waktu dan mood yang belum pas saja. Sebab bagi sebagian orang seperti saya, membuat puisi masih butuh mood. Mungkin bagi orang yang terbiasa atau yang sudah jadi pekerjaan, membuat puisi bisa dipaksa hatta menciptakan mood dan suasana. Tapi bagi saya masih sulit. Ya sudah terima saja.
Anak-anak di dalam rumah dengan ibunya tampaknya nyenyak. Tak saya dengan rengekan atau tangisan. Syukurlah. Tuhan, Allah, memberi saya amanah sekaligus anugerah, sebuah keluarga yang hangat. Selalu saya doakan keluarga menjadi penuh sakinah dan bisa menjadi suri teladan bagi orang lain, bagi keluarga lain. Alhamdulillah.
Sebentar saya seruput kopi dan bakar ujung sigaret dulu.
Oh ya, saya juga ditemani kakak ipar. Sepertinya dia tengah sibuk dengan hape nya. Seharian tadi dia mencangkul persiapan tandur. Nampaknya lelah. Saya juga sempat mampir tadi sore saat saya ambil daun pisang dan memancing di kali.
Jujur saya suka suasana sawah. Saya suka aktivitasnya. Menurut saya, berbahagialah para petani. Terlepas dari hasil panen untung atau buntung, menurut saya, banyak anugerah Allah buat para petani.
Misalnya saja, mereka diberikan ladang untuk berolahraga. Atau diberi kepercayaan Allah untuk menanam padi yang kemudian dinikmati oleh banyak orang. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang sehat dan bahagia. Suatu saat nanti saya ingin sekali bertani.
Oh ya, hujan nampaknya makin lebat. Tapi tak apalah. Dingin-dingin nyoy. Mantaf. Ada selimut juga sih. Nanti pada saatnya saya juga masuk ke dalam rumah. Para pembaca yang budiman, mari kita syukuri hidup, kita isi dengan kebaikan dan memandang kehidupan dari banyak sisi positif. Agar kita semua mampu membaca ilmu dan hikmah untuk kita renungkan dan terapkan dalam diri kita masing-masing.
Sekian dulu ya...