cara mengetahui perempuan sebagai calon istri yang baik |
Akan tetapi saya tidak bermaksud menggiring opini agar pembaca tidak memilih perempuan berkerudung atau berhijab. Seyogyanya jika ada justru yang berkerudung dan berpenampilan syar'i itulah yang dicari. Jikalau memang akhlaknya juga menunjukkan demikian. Namun jika dipojokkan pada pilihan sulit antara memilih akhlak atau memilih penampilan maka saya secara pribadi lebih memilih akhlak. Mengapa demikian? Mari kita kupas habis
Saya merujuk pada hadits Nabi bahwa ada empat hal yang membuat perempuan bisa selamat nanti di akhirat. Kayaknya mudah banget ya. Perempuan lebih simpel sebenarnya jika ingin selamat nanti di akhirat. Di antaranya saya sebutkan langsung saja, (1) menjaga shalat lima waktu, (2) melaksanakan puasa Ramadhan, (3) menunaikan zakat, (4) manut kepada suami. Untuk yang nomor empat tentu yang dimaksud adalah suami shaleh.
Nah, mungkin untuk yang poin satu sampai tiga sudah banyak kita temukan jenis perempuan model itu. Akan tetapi yang keempat itu cukup sulit; perempuan yang manut sama suami. Saya kasih logika, bagaimana pun bejatnya perempuan jika dalam dirinya tertanam secara ikhlas untuk manut pada suami maka persoalan selesai. Mengapa saya bilang begitu. Karena nanti suami bisa dengan mudah mengarahkan dan mendidik si istri.
Katakanlah perempuan itu tidak berhijab. Akan tetapi ketika suaminya menyuruhnya berhijab maka ia dengan sukarela manut perkataan suaminya. Selesai masalah bukan. Hatta perempuan yang tidak bisa sholat atau mengaji pun, ketika tertanam dalam dirinya kesadaran ikhlas untuk manut maka tak jadi masalah besar. Ukuran waktu paling lama sebulan dua bulan perempuan tersebut akan belajar dan ujungnya akan biaa membaca alqur'an dan bisa bacaan dan gerakan shalat.
Lalu mari kita bandingkan dengan perempuan yang punya watak melawan kepada suami. Nauszubillah. Segimana pintar atau hebatnya ia dalam ilmu agama sekalipun, dapat diprediksi kehidupan rumahtangganya akan penuh dengan bara dan perdebatan. Apalagi posisi suami secara finansial atau sosial atau segi keilmuan di bawah istri. Tak jarang bahkan banyak perempuan yang cerdas dan paham terhadap agama yang masih berani melawan atau menentang pada suami. Mungkin karena merasa dirinya lebih tahu dan lebih paham. Entahlah. Namun yang jelas, penolakan, penentangan, atau perlawanan istri kepada suami tidak bisa dibenarkan dari segi apapun dalam kacamata agama. Selama perintah dan kata-kata suami tidak berlawanan atau menyimpang dari aturan agama.
Alhasil, saya tegaskan, seorang perempuan yang baik untuk dijadikan istri adalah perempuan yang manut patuh pada suaminya. Sedikit mengenai kata patuh. Saya memaknainya sebagai potensi diri. Sebagai akhlak dan karakter. Itu artinya dibentuk sejak dini bahkan diturunkan dari ayah ibunya secara genetik. Ada banyak kok perempuan yang cerdas dan pintar, yang status sosial atau keilmuannya lebih tinggi daripada suaminya akan tetapi ia memilih manut pada suaminya yang bahkan hanya buruh, berpenghasilan rendah, dan tidak punya gelar akademik. Seperti istri saya hehe. Tidak jarang pula perempuan yang biasa-biasa saja bahkan secara level keilmuan dan status sosial di bawah si laki-laki tapi tetep angkuh dan masih berani melawan suami. Naudzubillah.
Segini dulu ya. Soalnya sudah adzan magrib. Nanti kita lanjutkan malam atau dini hari. Bagi yang mau diskusi silakan tinggalkan komentar