Blogger Jateng

Jejak Kuburan Khan Sang Penakluk

Judul buku : Treasure Of Genghis Khan; Misteri Sang Penakluk
Penulis : Clive Cussler dan Dirk Cussler
Penerjemah : Bima Sudiarto
Penerbit : GP.Putnam’s Sons, Amerika
Tahun terbit : 2006
Tebal hlm : 611 halaman
Peresensi : Opik Taufikillah


Temujin nama aslinya. Ia adalah bocah kampung. Lahir di sebuah kampung sekitar pegunungan Khentii. Sebuah tempat yang di kemudian hari menjadi tempat peristirahatan terakhirnya yang misterius itu. Temujin kecil memang bocah kampung yang kucel. Namun puluhan tahun kemudian ketika ia beranjak dewasa, ia menjelma sosok pendekar dan penguasa tanpa tanding. Genghis Khan atau Khan Sang Penakluk ia dikenal demikian adalah seorang penakluk tak tertandingi dari dataran mongol. Khan berhasil menyatukan suku-suku Mongol di padang stepa asia dan memperluas ekspansi penaklukan ke tingkat yang tak pernah ditandingi siapa pun. Antara tahun1206 dan 1223 dia mampu menguasai tanah jajahan hingga ke mesir di barat dan lithuania di utara. Kekuasaannya kemudian terbentang dari mulai Samudera Pasifik hingga laut Kaspia.

Genghis Khan Wafat pada tahun 1227 pada masa kejayaannya dan dimakamkan secara rahasia di pegunungan Khentii Mongol. Sebuah tempat yang juga merupakan tanah kelahiran si bocah kampung itu. Menurut tradisi Mongol, dia dikuburkan secara rahasia membawa keempat puluh gundik dan kekayaan yang tak bertara, lalu pusaranya disembunyikan secara hati-hati oleh para pengikutnya. Para prajurit pengawal iring-iringan pemakaman juga dibunuh demi menjaga rahasia letak kuburan itu. Sementara komandan mereka dipaksa bersumpah mati untuk tutup mulut.

Semua petunjuk yang mengarah ke lokasi makam Khan dihilangkan sampai sekarang. Mereka yang tahu tetap memegang sumpah dia sampai ajal. Hanya seekor untu—setidaknya demikian menurut legenda—yang membocorkan hal itu satu dekade kemudian.
Konon, ada seekor untua betina dari Bactria yang merupakan induk dari salah seekor unta yang ikut terkubur bersama Sang Khan, ditemukan sedang menangis di suatu tempat di pegunungan Khentii. Pemiliknya segera sadar bahwa si unta sedang meratapi putranya yang hilang terkubur di bawah kakinya—persis di lokasi kuburan Genghis Khan. Namun legenda itu tak berlanjut karena rahasia ini pun dipegang erat oleh si pemilik unta. Demikianlah pusara Genghis Khan tetap tak terusik, tetap misteri dan hingga kini berlum terpecahkan.

Belum ada seorang pun yang tahu dimana tepatnya kuburan seorang tokoh besar mongol, Genghis Khan. Kuburan Khan adalah misteri dari sejarah dan legenda mongol yang panjang. Hingga pada suatu hari, di tahun 1937, seorang lulusan oxford University berkunjung dan menelusuri jejak itu.

Leigh hunt terperanjat ketika salah seorang pekerjanya yang menggali parit-parit menemukan sebongkah bungkusan. Hunt, seorang arkeolog, itu segera menghampiri. Perlahan dibukanya bungkusan itu. Tak lama ia terperanjat kembali lalu tertegun. Lembaran kain yang ada di tangannya kini adalah sebuah peta dengan simbol-simbol berbahasa mongol kuno. Ia sadar bahwa yang dipegangnya dalah penemuan sejrah teak tertandingi. Sejak matanya melihat gambar seekor unta dengan tulisan di atasnya “Genghis Khan” ia sadar, dirinya berada dalam bahaya. Sebab jika saja keturunan para pengikut Khan yang menjaga rahasia kuburan itu tahu bahwa hunt punya peta, nyawanya menjadi taruhan. Tetapi naluri seorang arkeolognya jauh lebih menonjol. Nyawa baginya adalah konsekwensi dari penemuan sejarah mahaagung. Terbayang dalam benaknya, misteri Sang Penakluk berhasil ia ungkap di depan masyarakat dunia. Dan ia adalah orang paling beruntung menjadi penemu dari sejarah yang hilang itu.
Nyata saja, tak lama setelah penemuan itu, Hunt kecelakaan pesawat ditembak kapal Jepang dan dokumen berupa kain peta itu pun berpindah tangan. Cerita memanjang ketika berbagai aksi pencurian terjadi oleh orang-orang yang menginginkan sejarah Sang Penakluk. Pada juli 2007, dirk pitt dan kawan-kawannya berada pada wilayah penelitian sumber minyak Siberia. Tapi mereka diculik dan kapal risetnya nyaris karam. Yang paling mengerikan, para pengikut Khan Sang Penakluk tak tinggal diam, beberapa penculikan yang kadang berujung pembunuhan terjadi. Beberapa orang peneliti dari perusahaan minyak gabungan Rusia, Inggris, dan Amerika terbunuh ketika kapal mereka berlabuh di tempat yang salah dimana para pengikut Khan tengah mengungkap dan membuktikan misteri makam Khan itu sendiri. Konsorsium minyak avarga disinyalir otak dari beberapa kejadian yang berkaitan dengan penelitian minyak tersebut. Di ujung cerita terungkap, konsorsium itu adalah milik seorang bangsawan mongol yang tak lain masih keturunan dari kubilai Khan, cucu Genghis Khan.

Muncul banyak tanda tanya, mengapa Genghis Khan menyhendaki makamnya tidak diketahui orang? Mengapa banyak orang yang mati-matian ingin mengungkap letak makam Genghis Khan sekaligus sejarahnya sampai-sampai terjadi rentetan penculikan dan pembunuhan bahkan di masa yang berbeda? Obsesi apa yang ada dibalik sosok bangsawan mongol yang tak lain adalah keturunan dari Genghis Khan?
Setumpuk pertanyaan muncul tiba-tiba dalam benak pembaca yang budiman. Sebuah teka-teki sekaligus kelebihan dari novel sejarah ini.

Tak perlu berpanjang lebar menjawab semua pertanyaan itu sekarang dan menceritakan tuntas bagaimana alur kisah Genghis Khan sebagaimana ditulis dan dipaparkan dalam novel. Pembaca di awal buku akan segera dikejutkan oleh kehebatan bangsa mongol dalam mengarungi lautan dan menaklukan musuh-musuhnya. Sejak itu kita sebagai pembaca diajak berpetualang ke tempat-tempat yang belum pernah dijamah, belum pernah diceritakan, dan barangkali asing bagi pembaca Indonesia.

Novel ini penuh tragedik. Cukup pelik dengan cerita yang panjang dan rumit. Narasi yang detil mengenai kilang minyak dan penelitian-penelitian menggunakan ilmu alam cukup membuat pembacanya mengernyitkan dahi. Sebuah novel realis dengan latar sejarah yang mencengangkan. Seperti teka-teki novelnya menyajikan realitas yang “tampak”nyata dan bukan fiksi.

Pencarian kuburan Genghis Khan serta teka-teki peta kain yang ditemukan Hunt seperti memecahkan kode lukisan Monalisa dalam novel Da Vinci Code, rumitnya luar biasa. Bulir-bulir ceritanya mengalir, kadang terpotong-potong, patah-patah namun tiba-tiba membawa pembacanya pada sebuah keadaan yang tidak disangka-sangka. Dapat dibilang sebuah pemikiran, perspektif dan penafsiran baru atas sejarah Genghis yang selama ini tidak terungkap. Penulisnya menemukan celah-celah sejarah kemudian diisi dengan sebuah rentetan cerita “rekaan” hingga sejarah yang terpotong itu pun kembali tersambung. Legenda dan mitos adalah modal berharga guna menyulap cerita ini menjadi sesuatu yang amat sensasional.

Sepintas novel sejarah model ini terlihat sulit dipahami oleh pembaca pemula. Namun tak ada salahnya jika dicoba untuk diikuti perlahan. Kemahiran penerjemah dalam merangkai ungkapan dan kata cukup mempermudah pembacaan. Tentunya sayang jika novel best seller di koran internasional New York Times ini dilewatkan untuk dinikmati, sambil mengulang memori sejarah Mongolia dalam setiap penaklukan-penaklukannya. Selamat berpetualang.