Blogger Jateng

Tradisi Melekan Di Dunia Pesantren


Tradisi Melekan Di Dunia Pesantren menjadi menarik diperbincangkan terutama bagi kalangan Pesantren atau alumni Pesantren. Tradisi Itu hingga kini dianggap sakral Dan unik. Sebuah laku terjaga tanpa tidur sekejap matapun dari awal malam (baca:waktu magrib) hingga waktu subuh.  

Tradisi Melekan Di Dunia Pesantren secara khusus di kalangan santri sudah dianggap bukan hal baru. Terutama di pesantren-pesantren salaf atau Pesantren tradisional. Di Pesantren-pesantren salaf, aktivitas mengaji justru massif di malam Hari bahkan hingga waktu subuh. Sebab tradisi melekan itu diisi dengan pengajian dan riungan diskusi-diskusi keilmuan pesantren. 

Tradisi Melekan Di Dunia Pesantren nampaknya adalah warisan ajaran turun temurun yang Tak tercatat. Nyaris tidak ada catatan gamblang mengenai tradisi itu dalam kitab-kitab Klasik hatta dalam artikel atau jurnal. Namun tradisi melekan di dunia pesantren itu telah melakat dan begitu di kenal oleh orang-orang pesantren, para alumni pesantren, atau orang-orang yang paham pesantren.

Tradisi Melekan Di Dunia Pesantren menjadi lebih unik sebab Tak hanya kebiasan santri atau pelajar Pesantren saja, namun justru dikomandoi oleh kiai atau pimpinan Pesantren Itu sendiri. Para kiai tidak hanya menganjurkan para santrinya untuk tirakat melekan justru beliau sendiri memberikan contoh dengan melakukan tirakat melekan tersebut. Sebagai contoh, di pesantren Azziyadah, salah satu pesantren di komplek pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat, Mama Asmawi, sebagai kiainya adalah orang yang justru paling getol melekan. Tentu juga diikuti oleh para santrinya. 

Dalam mengisi laku melekan, beberapa hal biasanya dilakukan, dari mulai mengaji Kitab, mengaji Al-Qur'an, menghafal pelajaran, melaukan sholat malam atau wiridan, hingga yang duduk berdiskusi ringan sambil mengopi santai. Semua aktivitas itu dilakukan demi mengisi malam dan menunggu fajar datang. Berbeda dengan melekan biasa atau disebut bergadang, tradisi Melekan di kalangan santri diisi dengan aktivitas keilmuan dan ibadah kepada Allah. 

Catatan penulis yang Sumbernya hanya secara Lisan, bahwa laku melekan dianggap sebagai tirakat untuk mendapatkan keberkahan. Tentu keberkahan yang dimaksud adalah keberkahan ilmu. Dalam Khasanah Pesantren diyakini bahwa ilmu yang berkah akan lebih memberi manfaat dan cahaya bagi si pemiliknya meskipun ilmu itu sedikit dibanding dengan ilmu dan pengetahuan yang banyak namun tidak berkah. 

Di samping Itu, hikmah dari tradisi ini ialah santri mendapatkan cukup banyak waktu (sepanjang malam) untuk belajar tanpa terganggu oleh aktivitas fisik laiknya di siang hari. Dalam dunia Pesantren juga terdapat keyakinan bahwa Allah lebih banyak menurunkan ilmu dan hikmah pada malam hari. Oleh sebab Itu, melekan adalah salah satu ikhtiar untuk mendapatkan keduanya itu. 

Dalam Islam, tepatnya dalam beberapa kepercayaan dalam islam, melekan dipandang setara dengan "qiyamullail", sebuah perintah sunnah agar menghidupi malam dengan ibadah (di dalamnya termasuk belajar).

Jika dirunut lebih jauh, ternyata tradisi melekan di dunia pesantren tidak hanya terdapat di pesantren, namun juga di luar Pesantren. Tradisi ini juga dilakukan oleh orang-orang yang mendalami ilmu hikmah. Hatta disinyalir, laku melekan ini sudah ada sejak sebelum Islam. Namun lebih lengkapnya akan dikaji dan disajikan dalam tulisan lain.

Secara kesehatan, dari sudut pandang kedokteran, melekan memang sangat tidak dianjurkan. Kondisi tubuh yang seharusnya istirahat total diaktifkan sepanjang malam. Tak jarang membuat orang nampak cepat tua karena badan diforsir sedemikian rupa. Meski tak melakukan aktifitas berat layaknya siang hari, melekan diyakini menghabiskan banyak energi. 

Namun hal-hal yang dikhawatirkan secara medis faktanya banyak yang tak terbukti. Jika melekan diisi dengan kegiatan positif keilmuan apalagi ibadah. Berbeda jika melekan diisi dengan kegiatan negatif seperti dugem atau aktivitas menyimpang lainnya, kegiatan berdoa, sholat, berdzikir, diyakini menjadi obat yang justru menyehatkan orang yang melakukannya. Ada pula yang meyakini bahwa melekan termasuk tirakat berat, sebab satu-satunya hal yang sulit untuk dilawan dari nafsu manusia adalah rasa kantuk dan kenikmatan tidur.

Pada gilirannya, laku melekan jalan terus dan badan tetap sehat. Malah banyak orang yang mengatakan, orang-orang yang suka melekan justru lebih Sehat dan awet muda. Meski yang terakhir disebutkan bukan tujuan dari melekan itu sendiri. 

Oleh karena itu pula, hal-hal yang sangat diperhatikan dalam menjalankan laku melekan ialah air putih yang selalu menemani kop. Di samping faktor ilmiah kedokteran, faktor ibadah secara psikologi memberi pengaruh pada kesehatan sehingga dapat meminimalisir bahkan menghilangkan efek buruk dari melekan Itu sendiri.